24 Maret kemarin saya sampai juga di Bekasi. Wishlist terbesar saya kalau ke Bekasi pengen banget mengunjungi Perpustakaan Nasional di Jakarta. Syukur Alhamdulillah, akhirnya saya sampai juga di sana tanggal 8 April kemarin 😍 Huhu kuterharu. Takjub sekali 😭
Perpustakaan di Jakarta memang ada dua. Di Salemba dan Medan Merdeka. Tapi saya lebih ingin mengunjungi Perpustakaan Nasional yang letaknya di Jalan Medan Merdeka Selatan No. 11. Beberapa kali lihat teman-teman saya yang sudah ke sana, dan berburu beberapa review di Google, semakin menguatkan keinginan saya ingin cepat-cepat ke Perpustakaan Nasional 😍
Saya menempuh perjalanan dari Bekasi sekitar satu setengah jam menggunakan moda kereta api. Dari Stasiun Kranji naik kereta api jurusan stasiun Jakarta-Kota dan turun di stasiun Gondangdia. Dari Gondangdia, saya naik bajaj. Bisa juga jalan kaki tapi agak lumayan sih. Saya sudah jelas nggak mungkin, karena bawa anak. Berat, Bok! Haha. Mau naik Grab Car kok ya males. Pengen ngerasain aja sensasi naik bajaj. Sekaligus mengenalkan anak-anak dengan bajaj juga sih 😁
Diawali dengan rumah pameran bak museum
Begitu sampai di depan Perpustakaan Nasional, bener-bener kayak orang norak banget deh 🙈 Saya berkali-kali takjub akhirnya bisa sampai di sana. Awal masuk, masih belum terasa. Karena sudah baca review, saat pertama menemukan gedung yang mirip rumah lawas, saya sudah tidak heran lagi. Tapi tetap saja takjub. Di dalamnya ada beberapa pameran yang disajikan. Ya layaknya museum gitu.
Perpustakaan Nasional yang begitu megah
Karena tidak sabar, saya langsung lurus menuju perpustakaan utama. Oh My God, lagi-lagi saya beneran takjub lihat gedungnya tinggi banget 😍 Konon, perpustakaan ini memang tertinggi di dunia lho. Keren banget ya Indonesia punya perpustakaan yang tertinggi coba! Nggak mau ngelewatin momen, jelas yang pertama kali harus foto-foto dong 😆
Beranjak ke dalam, WHUAH semakin megah lagi dalamnya 😍 Dengan desain bangunan yang kalau saya bilang tuh keren bangetlah. Bener-bener nggak ada kata lain selain TAKJUB! Saya bangga bisa sampai Perpustakaan Nasional 😍
Di lobby ini juga ada petunjuk ruang-ruang yang tersedia di setiap lantai perpustakaan. Sehingga bisa memudahkan kita sebelum mengunjungi ruang yang kita perlukan.
Kantin dengan makanan yang enak
Karena lapar, tempat yang saya tuju pertama kali adalah kantin. Rupanya, adik saya yang menemani juga sudah membaca review perpustakaan ini, jadi dia sudah tahu kantin ada di lantai 4.
Kantinnya cukup luas. Tempatnya juga nyaman sekali. Disediakan beberapa sofa panjang, meja dan banyak kursi. Makanannya pun beragam. Mulai dari makanan-makanan nasi yang bermacam-macam lauknya seperti warteg, ayam geprek, sop-sopan, sampai mie ayam.
Saya dan adik pesan mie ayam. Dan suami saya memesan nasi dengan berbagai lauk. Makanannya kalau kata saya sih cukup enak ya. Apalagi pas ngicip-ngicip makanan nasi suami, ayamnya beneran enak! Pas adik saya memesan ayam geprek mozarella juga ternyata sama enaknya!
Untuk harga makanan, terbilang standar. Mie ayam seporsi 15 ribu. Makanan nasi dan ayam geprek seporsinya 22 ribu. Yang lebih enak, kalau mau kita nggak perlu beli minum. Karena sudah disediakan dispenser untuk isi ulang air putih 😍
Mushola yang luas
Tujuan kedua, saya langsung naik lantai 6 untuk sholat. Karena eskalator yang disediakan hanya sampai lantai 4, untuk naik ke lantai 5 dan seterusnya disediakan lift. Kekurangannya sih di sini ya. Meskipun saya ke sana hari Senin, ternyata perpustakaan cukup ramai. Jadi liftnya antri banget. Capek karena harus menunggu lama. Kalau disediakan eskalator mungkin bisa lebih cepat ya. Tapi kata suami bisa jadi karena menghemat listrik juga 😅
Musholanya bagus sekali. Luas. Sayangnya di dalam tidak tersedia toilet. Jadi sebelum sholat, lebih baik ke toilet dulu baru masuk mushola. Tapi sudah tersedia tempat wudhu kok di dalamnya. Dan alat sholat seperti mukena pun sudah disediakan.
Ruang baca anak-anak, lansia, dan disabilitas
Usai sholat, saya langsung naik satu lantai ke lantai 7 menuju ruang baca anak-anak, lansia, dan disabilitas. Lagi-lagi tempatnya super nyaman! Hanya saja jangan lupa copot alas kaki ya. Karena ruangan ini full karpet.
Tempatnya full colour. Tersedia beberapa meja yang ada komputernya. Meja dan kursi untuk anak-anak dan orang tua membaca. Atau bisa juga duduk saja lesehan.
Memang beneran cocok untuk anak-anak. Emir Elis saja sampai lari-larian awalnya saking enak dan luasnya 😅 Buku-buku yang tersedia pun juga banyak. Ensiklopedia pengetahuan alam, teknologi, sampai agama yang bagus-bagus. Serta board book yang cocok untuk anak-anak di bawah 3 tahun.
Yang lucunya lagi, suami sempat numpang kerja di sini haha. Karena beneran terang dan nyaman tempatnya.
Oh iya, kita juga bisa menitipkan tas di sini. Nanti dikasih kunci oleh petugas yang bisa kita pegang untuk menaruh barang di loker yang ada di dalam ruangan.
Lantai 24, ruang koleksi budaya nusantara dengan pemandangan yang bagus
Meskipun masih nyaman, sayangnya saya tidak bisa berlama-lama di ruang anak. Saya memutuskan untuk langsung naik ke lantai 24. Yang konon lantai tertinggi di mana kita bisa mendapat view pemandangan Kota Jakarta yang bagus.
Rupanya, lantai 24 ini adalah ruang koleksi budaya nusantara dan lounge.
Saya langsung buru-buru ke luar untuk menikmati pemandangan. Dan benar sekali, Monas dengan gagah berdiri di kejauhan sana 😍 Di sampingnya terlihat juga gedung Masjid Istiqlal. Duh Masya Allah pokoknya. Kalau nggak panas, saya betah kali di sana. Menikmati Kota Jakarta dari ketinggian gedung Perpustakaan Nasional.
Karena masih ada sisa waktu, saya berkeliling di lantai 24. Di sebelah kiri ada lounge yang cocok sekali untuk bersantai. Atau sebelah kanan yang cocok untuk rapat atau pertemuan. Keluar, kita akan menemukan beberapa alat musik tradisional seperti angklung, gamelan di atas panggung. Ke depan lagi, ada beberapa bacaan bertema budaya nusantara yang tersedia.
Di ruang baca inilah saya tidak mau melewatkan untuk melihat-lihat koleksinya. Beberapa buku tersaji dalam bahasa Inggris, dan sisanya buku-buku Indonesia. Yang sebagian juga ada yang sudah diterbitkan lama sekali bahkan tahun 90an.
Oh iya, di perpustakaan sini jika selesai membaca buku, bisa dikembalikan ke meja yang sudah disediakan untuk pengembalian. Pengunjung tidak dibiarkan menaruh sendiri bukunya. Tujuannya bagus juga supaya tidak berantakan atau tidak sesuai kategori nantinya.
Setelah jam 2, dengan berat hati saya harus pulang. Sebelum bersamaan dengan orang-orang pulang kerja, yang membuat kereta semakin sesak.
Overall, saya puas sekali meskipun belum semua lantai saya jelajahi. Jika ada kesempatan, tentu saja saya tidak akan menolak pergi ke sana lagi. Perpustakaan Nasional yang bukan seperti perpustakaan. Tapi lebih mirip hotel atau mall saking bagus bangunannya 😍
Oh iya, setelah keluar, rupanya saya masih menemukan sebuah gedung lagi. Galeri Kepresidenan. Sayangnya saya tidak masuk. Hanya melihat saja dari luar. Mungkin semacam pameran barang-barang presiden gitu kali ya.
Kelebihan dan kekurangan Perpustakaan Nasional
Kelebihan perpustakaan ini banyak sekali:
- Akses menuju lokasi mudah sekali jika naik kendaraan umum. Bisa naik kereta api Commuter Line atau Transjakarta. Lanjut jalan kaki atau naik bajaj atau taksi. Kalau tidak ingin repot, kita juga bisa memesan transportasi online seperti Gojek, Gocar, atau Grab.
- Tempatnya luaaaaas dan full AC.
- Loker banyak tersedia untuk tempat penitipan barang.
- Toilet ada di setiap lantai, jadi tidak harus turun naik. Bersih pula toiletnya.
- Kantin luas dan harganya standar. Tersedia isi ulang air putih GRATIS.
- Musholanya luas dan bagus. Tersedia tempat untuk menaruh alas kaki juga, jadi tidak berantakan.
- Koleksi bukunya banyak dan kontennya bagus-bagus.
- Disediakan meja untuk baca buku di setiap ruangan. Dan di lantai 19 ada ruangan yang bisa dipakai jika kita ingin bekerja.
- Pemandangan dari lantai tertinggi cantik sekali.
- Halamannya asri. Banyak pohon.
Sayangnya, menurut saya masih ada kekurangan:
- Eskalator hanya sampai lantai 4. Untuk ke lantai seterusnya naik lift. Dalam keadaan sepi, keadaan ini mungkin tak jadi masalah. Hanya saja kalau ramai, disayangkan kita harus mengantri dengan sabar meskipun hanya untuk naik satu lantai dari lantai 5 ke 6 misalnya.
- Mukenanya masih banyak yang belum dicuci sepertinya. Masih ada bau tidak sedap. Jadi lebih baik bawa mukena sendiri.
- Buku-buku tidak sedikit pula yang usang dan robek. Lebih baik buku yang sudah usang ini disingkirkan dan diganti dengan buku yang lebih baik.
- Kantin tidak ada wastafel. Jadi kalau mau cuci tangan, harus pergi ke toilet.
Info Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Jam buka:
- Senin – Kamis: 08.30 – 18.00 WIB
- Jum’at: 09.00 – 18.00 WIB
- Sabtu dan Minggu : 09.00 – 16.00 WIB
- Hari libur nasional tutup.
Perpustakaan yang tidak hanya jadi tempat baca, tapi juga tujuan wisata edukasi
Tidak menyesal bisa sampai sini. Saya bangga sekali sebagai orang Indonesia punya Perpustakaan Nasional yang luar biasa bagusnya. Tidak hanya tertinggi di dunia, tapi juga menyediakan fasilitas bacaan dan barang-barang yang bermanfaat untuk pengunjungnya.
Sekalipun tidak berminat baca, kita bisa jadikan Perpustakaan Nasional untuk tujuan wisata yang mengedukasi.
Selamat berwisata! 😍
Hai, Mbak … Selamat yaaa, akhirnya bisa juga ke Perpusnas kecenya kita, hihihi … Aku sudah pernah kesana dan menjelajah ke setiap lantainya. Tapi beneran lho, malah baru ngeh kalau ini adalah perpustakaan tertinggi di dunia. Oh, My God … katrok sekali aku ini.
Haha iya. Awalnya saya pun nggak tau. Tapi berdasarkan beberapa sumber memang dibilang tertinggi di dunia ๐
Yah … rada kecewa pas baca ada kekurangannya. Semoga pengurus di sana bisa kerja semaksimal mungkin.
Kekurangannya tertutupi dg banyak kelebihan kok ๐
Kalau pulangnya, dari perpusnas untuk sampai ke status Gondangdia lagi? Gimna caranya mba?
Kalau waktu itu saya naik Grab car mbak ๐
Assalamualaikum.. salam kenal mba review nya bagus. saya jadi tau kalau bisa turun st digondangdia, sebelumยฒ nya turun di st sudirman wkwk kalo jalan kaki kayaknya lebih dari 1,3km jadi hrs naik ojol.. dan bener banget lift nya itu memang banyak tapi kalau semua nya turun/naik diwaktu bersamaan ngantri nya minta ampun, apalg lagi kondisi spt ini jadi kapasitas lift dibatasi lagi. btw waktu naik bajaj biaya nya berapa mba?
Wa’alaikumsalam hehe next bisa coba turun di Gondangdia ya ๐
Waktu itu dari St. Gondangdia naik bajaj kalau tidak salah sekitar 10.000, paling mahal sih 20.000an lah ๐