Saya lagi gandrung banget sama dunia bookstagram. Entah kenapa jiwa untuk posting di akun instagram buku ini malah lebih all out dibanding dua akun saya sebelumnya 🙈 Sampai-sampai rela beli properti foto haha. Tapi ada hikmahnya juga sih kalau ada job lain kan propertinya bisa saya pakai juga *eh.
Eh intinya sih bukan mau ngomongin bookstagram. Tapi sekarang saya lagi ada di fase mudah tergiur dengan sesuatu. Kayak baru-baru ini, teman-teman bookstagram saya juga banyak yang punya hobi journaling aka bikin jurnal. Saya jadi mikir, kayaknya menarik juga. Ada yang suka gambar, eh bagus juga ya kalau bisa gambar gitu. Atau ada yang fokus dengan anaknya yang montessori, saya jadi pengen ikutan montessori. Argh mungkin ini yang namanya nggak punya tujuan heu.
Tahu kapasitas diri itu penting banget
Makanya setelah direnungkan, kayaknya saya harus tahu kapasitas diri saya gimana. Saya ibu dua anak. Bisa baca buku aja udah bersyukur banget. Kalau ditambah belajar ngejurnal atau gambar, itu pasti akan effort banget. Bisa-bisa kerjaan lain saya terbengkalai. Kalau montessori, jujur saya belum bisa mendalami karena terkendala material-materialnya. So, ya masih fokus di dunia rumah tangga, anak, blog dan buku aja sih. Sisanya mungkin nantilah *eh.
Soal kapasitas diri ini memang penting banget buat dikenalin. Kita harus tahu kemampuan dan batas kesanggupan diri kita sampai mana. Jangan sampai maruk ambil semua, tapi nyatanya malah amburadul semua. Nggak ada yang diseriusin, alhasil hasilnya pun semua setengah-setengah. Itu kan nggak banget.
Belajar amanah tanggung jawab
Sama kayak saya yang tahu diri buat ngambil job sesuatu. Even itu cuma review buku. Kalau sekiranya saya suka dan sanggup ngerjain, ya bakal saya ambil. Pokoknya sebisa mungkin harus komitmen dengan sesuatu yang sudah saya pilih. Apalagi kalau sudah menyangkut kerja sama dengan orang lain. Memegang rasa kepercayaan itu harus jadi nomor satu yang diutamakan. Jangan sampai orang yang sudah percaya dengan kita, malah kita remehkan dengan tidak tepat waktu, atau pun kerja sama yang mengecewakan.
Hal itu juga berlaku kalau misalnya di tengah jalan kita mendadak sakit, tapi pembayaran sudah dilakukan di awal. Ya tetap harus komitmen buat jadi orang yang dipercaya. Yang pasti pertama kali dilakukan adalah meminta maaf. Lalu minta kelonggaran waktu kalau bisa. Misal masih tidak sanggup, ya transfer balik saja uangnya sebagai bentuk tanggung jawab.
Ngasih pekerjaan ke orang lain pun begitu. Kalau memang sudah ada perjanjian tertulis di awal dibayar tanggal berapa, ya harus komitmen. Misal pun belum dibayar dari atasan, ya minimal lakukan permintaan maaf dan jelaskan alasannya.
Punya jiwa besar dan tahu batas diri
Ya memang kadang kala ada sesuatu yang terjadi di luar dugaan kita. Sudah tahu kapasitas diri kita, sudah tahu harus melakukan apa, tapi di tengah jalan ada kendala. Maka jalan utama ya tetap harus melakukan permintaan maaf jika memang tidak bisa menepati janji. Jika pun kita dikomplain, jangan menyanggah. Toh karena itu memang sudah jadi amanah dan tanggung jawab kita sendiri kan. Kalau menyanggah ya kesannya kayak nggak tanggung jawab dan meremehkan orang lain. Jatuhnya nanti malah kita sendiri yang punya image buruk huhu.
Mungkin di sini yang namanya diperlukan untuk punya jiwa besar. Jiwa untuk mengakui kesalahan sekalipun kejadian itu mungkin di luar dugaan kita. Seperti rumah tangga juga yang belajar merendahkan ego untuk meminta maaf duluan.
Gitu sih. Semacam peringatan juga bagi diri saya sendiri untuk nggak mudah tergiur dengan sesuatu lagi. Harus tahu kapasitas diri sendiri. Kemampuan dan kesanggupan yang harus tahu batasan bahwa kita ini hanya manusia biasa yang nggak bisa melakukan semua hal 😊
Baca tulisan ini aku seperti didorong dorong, diuyel uyel, disadarkan. Aku juga baru bikin 1 akun lagi padahal akun utama aja belum tentu keurus kecuali sering norak up date di IG Story. Aku bikin akun khusus quote buku biar aku segera menghabiskan 2 kardus buku yang kubeli tapi belum kubaca mba. Terus kalo bagus kusimpan kalo ga terlalu ya kujual. Maksudnya gitu. Tapi … berat ya. Apa itu tandanya aku nggak eungeuh sama kemampuan diriku? Ya ampun aku maruk.
Hehe yang bisa mengukur kemampuan sebetulnya hanya diri kita sendiri. Tinggal ditanya balik aja untuk apa saya melakukan semua itu? 🙂
kadang kita terlalu rakus ya mbak… ngambil beberapa pekerjaan sekaligus, dan akhirnya kacau semua… perlu instropeksi diri 😛
Betul sekali 🙂
Tulisan ini cocok buat nasehatin saya. Makasih mbak. Pengen coba banyak hal. Atau mudah tergiur dengan hal yang baru. Bisa jadi pertanda sebenarnya belum benar-benar serius.
Kuncinya harus fokus, yakin dan konsisten disatu hal dulu. Sampai berhasil dulu. Baru terserah kalau mau pikirin lagi yang lain.
Betul sekali 🙂