Waktu itu, saya sempat ngikutin salah satu thread di postingan akun teman yang juga seorang bookstagrammer. Menariknya, dia nanya begini, “Mending pilih apa yang kita mau tapi orang tua gak restui, atau pilih yang orang tua mau hingga nanti kita bisa nyaman dengan pilihan mereka?”
Karena tertarik, saya jadi ikutan jawab, “Aku tim pertama. Gimana biar direstui? Buktikan dan doakan. Itu udah senjata paling ampuh. Kadang ortu nggak percaya karena belum ada buktinya. Dan kekuatan doa nggak pernah bohong. Selama kita benar, Allah akan luluhkan hati setiap orang.”
Yes, dibanding saling menyalahkan pilihan siapa yang baik, kalau saya punya keinginan saya lebih milih untuk ikutin dulu keinginan saya. Beri pengertian baik-baik pada orang tua. Meskipun perjalanannya ya nggak selalu mulus karena terkadang juga terjadi perdebatan yang sengit. Tapi karena saya merasa tahu apa yang terbaik bagi diri saya juga, saya lebih milih keras kepala. Ya, di keluarga saya dikenal sebagai anak yang keras kepala 😅
Orang tua hanya perlu pembuktian dari kita
Sampai kemudian saya punya anak, saya baru menyadari kenapa orang tua terkadang ‘memaksakan’ pilihannya pada kita, itu karena kita BELUM MEMBUKTIKAN bahwa pilihan kita sendirilah yang baik. Sebanyak apapun, sebaik apapun alasan yang kita kasih, tidak melulu orang tua bisa memahami keinginan kita. Maka jalan satu-satunya adalah, BUKTIKAN.
Contoh saja, saya dulu ingin sekali kuliah jauh sambil ngekos. Niatnya supaya belajar mandiri dan berani plus tidak ketergantungan terus dengan orang tua. Sayangnya, saya sendiri belum yakin dengan pilihan saya itu. Alhasil, alasan yang saya kasih tidak bisa membuat orang tua mengubah izinnya menjadi boleh. Mau tidak mau, saya menurut saja apa yang orang tua katakan, “Makan nggak makan, yang penting semua harus kumpul.”
Begitu punya anak, ketika cara-cara pengasuhan berbeda dengan zaman dulu, saya juga berdebat beberapa kali dengan orang tua. Lantas suami mengingatkan, kalau sebaiknya di hadapan orang tua dituruti saja dulu, “Iya iya aja dulu. Tapi tetap kita buktikan kalau cara kita benar.” Yap, benar, BUKTIKAN.
Kenapa? Karena seringkali ketika kita memberi alasan pada orang tua, yang terjadi adalah saling merasa benar yang akhirnya berujung menjadi perdebatan. Kalau sudah berdebat, terkadang lidah tidak bisa dijaga, alhasil bisa saja keluar kata-kata yang saling menyakitkan. Apalagi jika posisi kita sebagai anak π Jangan sampai jatuhnya kita malah jadi durhaka π
Baca: Gaji Pertama Itu Jadi Berkah Karena Orang Tua
Memang tidak selalu ringan untuk menuruti apa mau orang tua. Tapi jika anak dan orang tua sama-sama keras kepala, hubungan juga tidak akan menjadi baik.
Tidak ada kekuatan sempurna selain doa
Maka satu-satunya cara adalah dengan membuktikan bahwa pilihan kita memang baik. Dengan cara memberi pengertian yang tetap santun di hadapan orang tua. Tidak membantah kelewat batas. Lantas sembari membuktikan, kita bantu lewat doa. Pada siapa lagi kan, kita minta pertolongan selain pada Yang Maha Kuasa :’)
Syukur-syukur jika kita memang bisa lapang dada untuk menuruti pilihan orang tua. Meyakini bahwa pilihan mereka pasti akan berkah. Karena benar, tidak ada orang tua yang ingin menjerumuskan anaknya pada pilihan yang salah.
Percaya saja bahwa Allah Maha Tahu yang terbaik bagi kita
Keduanya barangkali tidak mudah. Saat kita membuktikan, bisa jadi akan banyak halang rintang yang kita temui dan kita harus kuat menghadapinya. Demikian pula ketika kita harus ‘terpaksa’ ikhlas menuruti pilihan orang tua, bisa jadi akan ada masalah baru yang kita temui.
Apapun itu, sesungguhnya memang harus kita kembalikan lagi pada Allah SWT. Sebab, Dialah satu-satunya Yang Maha Tahu apa yang terbaik bagi kita. Bisa jadi pilihan kita memang baik, lantas jalan pembuktiannya dimudahkan. Atau pilihan orang tua baik sehingga kita mendapatkan banyak berkah darinya :’)
βBisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.β(QS. Al Baqarah: 216)
Cocok sama pengalaman hidup saya ini kak. Dan saya udah buktikan. Btw bila berkenan baca artikel saya yang ini, it really relates to your article.
Alhamdulillah π
Iya, bener itu mbak, orang tua ngelarang karena memang nggak ada pembuktian dari kita, selain itu mereka tentunya juga cemas dengan pilihan yang kita ambil.
Kalau saya lagi berdebat dengan orangtua biasanya saya pakai jurus seribu rayuan he…he…
Saya bicara baik-baik, saya jelaskan kenapa saya memeutuskan hal tersebut. Yah… Walaulun kadang nggak berhasil sih, apalagi saya ini kalau udah dilarang beneran, takut, nggak berani jadinya….
Iya saya pun gitu. Kalo dilarangnya udah ‘keras’ banget jadi mending manut aja π
Ini pernah terjadi padaku, Mbak. Orang tua tidak setuju aku jadi penulis buku (yang termasuk kategori pekerja di bidang seni). Menurut orang tua kalau mau sukses ya mestinya jadi pedagang saja. Tapi akunya tetap ngeyel. Tetap jadi penulis dan bisa hidup kok dari dunia ini. Ya, pada akhirnya orang tua hanya butuh pembuktian.
Alhamdulillah sekarang ortu udah percaya ya Mbak :’)