“Kue kekinian apaan sih? Udah makannya ribet, rasanya juga B aja.”
“Buah kok dibikin salad. Jadi nggak sehat dong. Banyak gulanya tuh.”
“Kopi kekinian. Thai tea kekinian. Apaan sih. Nggak bagus tuh kebanyakan gula.”
“Buku sekarang kok makin banyak yang nggak bagus. Nggak kayak buku-buku zaman dulu. Penulisnya banyak yang berkualitas.”
Pernah nggak dengar komentar-komentar di atas? Atau jangan-jangan kita sendiri nih yang pernah komentar begitu? 🤭
Lucu juga sih kalau dipikir. Manusia seringkali merasa dirinya paling benar. Padahal di atas langit masih ada langit 🤭
Bisnis BUKAN hanya tentang satu orang
Lupa kalau semua BUKAN hanya tentang diri kita. Apalagi kayak komentar di atas contohnya. Itu semua tentang BISNIS. Dan bisnis hanyalah bicara SELERA PASAR mana yang menguntungkan bagi mereka.
Itu semua ya tergantung bisnis mana yang mau diambil. Yang difokusin. Kalau memang merasa kue kekinian meraup banyak? Ya dijalanin. Salad buah? Oke juga. Kopi atau thai tea kekinian? Ya boleh aja. Atau buku-buku yang seleranya banyak disukai remaja sekarang? Silakan aja.
Kita memang nggak pernah bisa menyenangkan semua orang. Kita manusia hanya diizinkan untuk fokus pada satu hal saja. Sama seperti urusan bisnis. Kita mungkin nggak selera tuh sama apa yang serba kekinian. Tapi bisnis menangkap itu ada peluang. Ada hasil yang lumayan. Perkara ternyata apa yang dijual tidak disukai semua orang ya jelas wajar.
Hanya masalah sudut pandang
Makanya lucu juga kalau ada yang bilang “Nggak enak tuh. Nggak bagus tuh.” Nggak enak dan nggak bagus ini dari mana? Dari sudut pandang siapa? Itu kan hanya kita yang bilang 😄 Buktinya selama bisnis berkembang, ya berarti memang masih ada pasar. Dan barangkali BUKAN kitalah pasar mereka. Tapi ada banyak jutaan orang yang lainnya yang masuk ke dalam pasar mereka.
Lagian memang nggak ada kebenaran absolut kan? Selain kebenaran Tuhan, Al-Qur’an dan Nabi, sisanya hanyalah masalah sudut pandang.
Mau kita merasa ekspert pun, sudut pandang kita tetap hanyalah sudut pandang kita. Mau kita rasa seseorang berkualitas pun, sudut pandang mereka hanyalah sebuah teori. Jadi memang tidak ada yang bisa disamaratakan.
Bisnis idealis lagi-lagi tergantung selera
Balik lagi soal bisnis. Jadi, diakui atau tidak, nyatanya bisnis itu memang tentang materi. Semua butuh untuk mencukupi hidupnya. Perkara apakah bisnisnya tidak disukai beberapa orang, bukan jadi urusan mereka. Yang mereka tahu pasar mereka masih ada, ya sudah.
Kecuali, mereka yang idealis. Yang bisa menangkap bisnis mana yang sekiranya tidak berlaku hanya sesaat. Bisa berlaku untuk jangka waktu yang lebih panjang. Yang jangkauannya lebih luas. Dan tidak digerus oleh perkembangan zaman yang bagaimanapun. Mungkin mereka inilah yang bisa dibilang ‘abadi’. Tapi, ini pun sebetulnya lagi-lagi belum tentu masuk ke semua orang. Ah lagi-lagi semua hanya masalah selera 😅
Mungkin ada bisnis makanan tradisional yang dari zaman 80an sudah ada sampai sekarang misalnya. Tapi tetap saja kan, ada orang yang nggak suka sama makanannya 😅
Semua hanya masalah selera dan sudut pandang
So, segala sesuatu memang tidak bisa dinilai hanya dari satu sudut pandang. Apalagi masalah selera, jelas semua orang berbeda. Maka menghakimi bahwa selera kitalah yang paling bagus dan selera orang buruk, itu jelas kekeliruan.
Kita juga tidak bisa berbicara harga dan kualitas secara absolut di urusan pasar, kalau kita masih menggunakan kacamata sendiri.
Sebuah sepatu mungkin tidak masuk dalam keranjang belanja kita. Tapi bukan berarti kita bisa bilang “Itu sepatu apaan? Gitu doang mahal banget harganya.” Atau “sepatu yang kualitasnya paling bagus itu yang harganya mahal.” Karena sepatu mahal dan murah sudah punya pasarnya sendiri. Dan kita mungkin hanya masuk ke salah satu pasarnya saja. Tidak perlu menghakimi satu sama lain dengan keburukan.
Ya, ternyata semua hanya masalah selera dan sudut pandang.
makasih sharingnya
Yang jadi masalah, suara 1 orang itu lalu di-post di media sosial atau di google review, terus mengganggu calon customer lain, hehe…