Kita adalah Apa yang Terlihat

“Kita adalah apa yang terlihat.” Mungkin ungkapan ini paling cocok buat menggambarkan kehidupan media sosial saat ini. Segala apa yang kita posting, ya itulah yang terlihat. Kita posting tentang bahagia, orang akan melihat hidup kita bahagia. Kita posting mengeluh, orang akan menilai kita tukang pengeluh. Or anything yang intinya semua hanya apa yang kita tampilkan, maka sebatas tampilan itulah yang terlihat. Orang nggak akan peduli gimana kita di belakang mereka. Ya buat apa juga sih hehe. Kecuali mungkin orang-orang terdekat kita kali ya. 
via Pixabay
Nah barangkali dari sinilah bermuara kata “baper” (baca: Please, Stop Say “Baper”!). Masih ada aja orang yang menganggap kehidupan orang lain sempurna hanya berdasarkan apa yang tertampil di media sosialnya. Padahal ya SALAH BANGET. Karena lagi-lagi, semua foto, tulisan kebahagiaan dalam bingkai Instagram, Facebook, atau media sosial lainnya itu HANYALAH bentuk kebahagiaan yang ada di depan mata kita. Dan kita nggak pernah tahu apa yang terjadi dengan mereka di belakang kita. Sama seperti tulisan saya kemarin (baca: Jangan Samakan Keadaan Kita dengan Keadaan Orang Lain), kalau kita hanya menilai orang berdasarkan apa yang kita lihat lalu iri, sebenarnya bukan mereka yang salah. Tapi kita. Yap, karena kita hanya memandang mereka dari mata kita tanpa tahu masalah atau apa saja yang sudah mereka lewati di belakang kita.

Jadi perkara orang-orang yang selalu memosting segala sesuatunya yang bahagia, bukan berarti kehidupan orang itu sempurna bahagianya. Ya siapa juga yang mau menampilkan permasalahan pribadinya di media sosial? Kecuali hanya orang-orang yang pendek pikiran saja 🙂

So, ya santai aja dengan hidup kita sendiri. Percaya bahwa semua orang sudah punya kebahagiaan dan ujiannya masing-masing. Dan kita nggak perlu iri dengan kebahagiaan mereka sama seperti kita nggak perlu tahu ujian orang sebagaimana kita juga ingin bahagia dan tidak mau menampilkan ujian-ujian kita 🙂


Perilaku kita = sorotan orang-orang

Dan daripada iri, ada yang lebih harus kita waspadai. Di tengah maraknya media sosial gini, nggak cuma perilaku kita di dunia maya aja yang harus dijaga. Di dunia nyata pun sama. Kita harus jaga perilaku. Karena ngeri juga zaman sekarang. Kita pasti tahu sudah banyak foto/video yang beredar yang diambil dari belakang. Maksudnya tanpa disadari oleh orang yang diambil gambarnya. Banyak kejadian karena melihat perilaku orang lain buruk, akhirnya ada orang yang secara sembarangan (tanpa izin) mengambil gambar, lalu diupload ke media sosial, dan diberi caption yang tidak enak. Alhasil tanpa sadar si orang yang diambil gambar tadi jadi menyebar bahkan bisa jadi viral. Duh naudzubillah.

Padahal cara mengingatkan lebih arif secara personal. Atau paling tidak dengan tidak menyebarkan aib dengan mengupload foto/video orang yang nggak kita kenal. Kalau pun kita mau mengambil hikmah dan membagikannya, lebih baik tanpa foto/video itu sudah cukup. Makanya kalau ada komentar, “kok cuma difoto/direkam sih? Bukannya diingetin langsung?” nah yang begini nancep banget komennya. Memang begitu seharusnya. Diingatkan, bukan sekedar diupload ke media sosial lalu merasa bahwa kita sudah jadi pahlawan kebenaran 🙂

Finally, semua dikembalikan lagi pada kita masing-masing. Baik di media sosial maupun dunia nyata, kita memang harus jaga sikap. Sebab kembali lagi pada poin awal, kita adalah apa yang terlihat 🙂

Ade Delina Putri

Blogger, Stay at Home Mom, Bookish,

8 comments to “Kita adalah Apa yang Terlihat”

You can leave a reply or Trackback this post.
  1. Novarina DW - April 21, 2017 Balas

    Terkadang kita tak sabar ingin segera meng-update status di akun sosial media yang dimiliki tanpa memikirkan dampaknya. Merasa ingin seluruh dunia tahu, bahwa kita sedang bersedih, galau, senang dan berbagai ungkapan rasa dalam diri.

    Postingan ini sekaligus reminder buatku. Terimakasih sudah berbagi, mbak Ade 🙂

    • adedelina - April 21, 2017 Balas

      Sama-sama Mbak. Semoga bermanfaat 🙂

  2. Hadi Prayitno - April 21, 2017 Balas

    Kita adalah apa yang kita tampakkan

  3. Dewi Elsawati - April 22, 2017 Balas

    Gara-gara ada istilah 'Aku mah Apa Adanya' sebagian orang jadi gak peduli bahwa baik dan buruk yang kita perlihatkan bisa membuat orang lain memberi penilaian dengan mudah.

    • adedelina - April 23, 2017 Balas

      Betul Mbak, padahal itu bisa jadi bumerang buat diri sendiri 🙁

  4. helni - April 22, 2017 Balas

    iya, bener mbak, setuju. makanya jarang banget buat status, padahal sich gpp juga sering klo isinya yang sewajarnya saja. tp ya krn itu sebab aku jarang buat status, soalnya sekali buat suka lebay. 😀

    • adedelina - April 23, 2017 Balas

      Lebih baik dipikir dulu ya Mbak sebelum melakukan 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published.