Seringkali keinginan kita saat ini baru terkabulkan saat hari sudah berjalan jauh, atau bahkan saat kita mungkin sudah lupa bahwa kita pernah menginginkannya. Begitulah yang saya rasakan kalau membahas kata “merantau”. 2013 saya pernah menulis tentang hal ini. Di sana saya sudah bercerita panjang lebar kenapa saya ingin sekali merantau.
Tak disangka, keinginan itu baru terkabulkan 2 tahun setelahnya. Setelah menikah, akhir Juli saya langsung diboyong suami ke Surabaya. Saya memang tahu sejak awal nikah, pasti suami akan membawa saya untuk tinggal di Surabaya. Dan inilah pertama kalinya saya merantau dalam hidup saya.
Awal-awal sih terasa biasa saja. Maklum, namanya juga kadung cinta haha. Menjelang tiga tahun, baru kerasa sedihnya jadi perantau :”D Apalagi semakin ke sini saya pulang ke rumah orang tua di Bekasi hanya satu tahun sekali. Jadi kalau lihat suami atau teman-teman saya yang bisa pulang ke rumah orang tuanya kapan saja karena jarak tidak terlalu jauh, suka timbul sedikit iri juga 😀
Plus minus menjadi seorang perantau
But, saya mensyukuri bahwa semua hal di dunia ini pasti ada plus minusnya. Baiklah, saya akan menjabarkan apa saja kelebihan dan kekurangan selama menjadi perantau:
Minus merantau
Tidak bisa sering pulang melihat orang tua dan keluarga.
Keluarga saya semuanya di Bekasi. Pun ada kakak saya yang di Purwakarta, beliau masih bisa pulang kapan saja karena rumah ibu bisa ditempuh dengan waktu 3 jam saja.
Sementara saya, bisa ditempuh 2 jam kalau naik pesawat. Dan itu mahal tiketnya haha. Naik kereta bisa 10-12 jam. Itu sebabnya saya tidak bisa sering pulang. Karena memakan waktu lama. Tapi bagusnya, saya kalau lagi pulang ke Bekasi bisa lebih lama sampai 2 mingguan. Ya hitung-hitung memanfaatkan waktulah 😛
Tidak ada yang bantu
Saya dan suami jauh dari orang tua. Rumah mertua saya di Lamongan. Jadi memang saya dan suami di Surabaya bisa dibilang struggle sendiri. Karena tidak ada yang membantu. Maka mau tidak mau kami full mengurus anak berdua dan tidak bisa melakukan kentjan karena tidak ada yang menjaga anak 😛
Sedihnya sih kalau pas saya sakit. Kalau ada orang tua, saya bisa minta bantuan untuk pegang anak-anak sebentar. Tapi karena jauh, mau tidak mau suami yang turun tangan sampai tidak kerja dulu huhu.
Homesick dan sedih lihat keluarga kumpul
Saya suka kangen rumah ibu. Kangen dengan keluarga saya. Merasa sedih juga kalau lihat foto keluarga saya lagi kumpul. Karena jauh, nggak bisa ikutan 🙁 Ingin rasanya saat itu kupunya pintu Doraemon :’)
Plus merantau
Di balik minusnya, tentu saja saya juga merasakan kelebihan dari merantau.
Lebih mandiri dan dewasa
Bisa dibilang saya lumayan manja orangnya. Tapi menjadi perantau, mengajarkan saya kemandirian. Tidak bergantung lagi pada orang tua atau kakak-kakak. Mau masak, ya harus sendiri. Mau ngurus anak, ya belajar sendiri. Makanya bisa dibilang kedewasaan saya bertambah sejak saya jauh dari orang tua.
Jadi kompak dengan suami karena mengurus anak berdua saja
Plusnya saya dan suami jauh dari orang tua, kami jadi lebih kompak sebagai suami istri pun saat menjadi orang tua. Kami di Surabaya hanya berdua, maka kesulitan apapun, ya kami selesaikan berdua. Kami selalu bagi tugas perkara rumah dan anak. Tidak ada saya atau suami yang lebih capek. Tidak ada superioritas di antara kami. Dan ini sangat merekatkan hubungan kami. Sebab kami saling bergantung satu sama lain.
Dan menjadikan kami lebih dewasa dan bebas. Sebab kami bisa membuat keputusan dan menyelesaikan masalah kami sendiri tanpa harus diinterupsi oleh pihak ketiga.
Merasakan rindu pada keluarga
Yang paling terasa adalah, saya jadi merasakan apa itu namanya rindu dengan keluarga. Dulu mungkin saya kerja dan kuliah sampai malam, tapi rasa rindu itu tidak terasa. Karena saya tahu, toh habis ini pulang ke rumah. Bertemu orang tua seperti biasanya.
Tapi ketika jauh, semua jadi terasa berbeda. Saya jadi lebih sayang keluarga. Saat mau ketemu pun, girangnya bukan main, karena tahu saya akan melepas rindu dengan mereka. Yang terpenting saya jadi lebih menghargai detik setiap detik bersama mereka :’)
Memaknai apa yang kita pilih
Maka saya bersyukur sekali keinginan merantau ini bisa terkabul. Merantau atau tidak, pasti ada plus minusnya. Tinggal bagaimana kita memaknai apa yang sudah kita pilih dan jalani.
Semoga siapa pun yang sedang merantau, selalu diberi kekuatan dan kemudahan. Sehingga kita bisa menjadi orang yang bersyukur dimana pun kita berada :’)