Saya aktif di media sosial, tapi bukan berarti saya nggak hidup kalau sehari aja nggak online di media sosial. Toh pas kemarin nganter mertua ke stasiun dan handphone saya ketinggalan juga saya masih santai aja. Dalam hati, oh Alhamdulillah aku masih fine-fine aja tanpa hp di sampingku hehe.
Sering pegang hp membawa malapetaka
Buat saya, media sosial itu ditempatkan sesuai fungsinya aja. Kalau emang kerjaannya di situ, ya udah wajar kalau online terus. Tapi kalau hanya stalking-stalking dan buat hiburan, rasanya nggak perlu terlalu berlebihan. Saya mikirnya, kasihan aja waktu kita kalau hanya dipakai mantengin hp tapi nggak berfaedah.
Baca: Media Sosial untuk Apa?
Lagi pula ada penelitian kalau pegang hp lama-lama itu bisa membuat tangan sakit. Ini terbukti dari teman saya yang tangannya pernah sakit karena pengakuannya terlalu sering pegang hp. Wah ini jadi reminder juga buat saya.
Menurut penelitian pada 2011, yang dipresentasikan pada kongres European League Against Rheumatism, yang dikutip Everyday Health, anak-anak juga mengalami nyeri sendi pada pergelangan tangan dan jari karena intensitas seringnya bermain ponsel dan video games. Masih menurut Nanavati, memang belum adanya waktu yang cukup untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara bermain games serta sms dengan risiko terkena osteoarthritis awal, namun hal ini sangat masuk akal untuk terjadi. – Hello Sehat
Sejatinya kita hidup di dunia nyata
Sejatinya kita kan hidup di dunia nyata. Kalau terlalu fokus di media sosial, khawatirnya kehidupan di dunia nyata jadi berkurang. Padahal kita ini makhluk sosial yang butuh berinteraksi nggak hanya lewat dunia maya. Tapi jauh lebih penting di dunia nyata.
Sesekali menghibur diri dengan online di media sosial itu ya nggak apa-apa. Asalkan kita tahu waktu. Tahu kapan saatnya bisa me time online, tahu kapan saatnya kita harus melanjutkan aktivitas kita di dunia nyata. Jangan timpang. Ketika kumpul di dunia nyata malah sibuk sendiri haha hihi depan hp. Tapi di media sosial seolah kehidupan dunia nyata kita baik-baik aja.
Saya malah pernah baca, orang yang sering online di media sosial bisa jadi karena di dunia nyatanya dia kurang perhatian. Alhasil dia mencari perhatian di dunia maya.
Saya pikir ada benarnya juga sih. Terkadang orang-orang di sekitar kurang peduli padanya, tapi ketika misalnya dia membuat status, atau menggugah foto di media sosial banyak yang respon. Respon-respon itulah yang membuat dia merasa diperhatikan.
Berjalanlah sewajarnya
Mungkin itu sebabnya lebih baik semua berjalan sewajarnya. Tahu diri dan tahu tempat. Media sosial ada untuk mendekatkan yang jauh. Bukan menjauhkan yang dekat. Ketika semua berjalan seimbang, maka tak perlu lagi ada yang dikhawatirkan 😊
Kalau sering online, mataku siwer mbak. Jadi memang harus seperlunya saja. Apalagi kalau suami lagi di rumah, aduh rasanya nggak enak kalau sering online, meski memang ada urusannya.
Iya saya juga suka pusing kalo kelamaan lihat layar hp 😀
Yap, saya mulai merasa tertekan dan membandingkan diri dengan orang lain karena kebanyakan main medsos. Sekarang saya jatah waktunya dan hanya untuk hiburan aja 😀
Iyes banyakkin piknik aja ya 😀
“Tahu diri dan tahu tempat”
Benerr nih mbak. Saya suka gemes kalo lagi makan d luar terus ada orang tua yang sibuk sama hp sementara anaknya makan sendirian dicuekin gitu 🙁
Iya kasihan kalo liat begitu tuh 🙁
Saya masuk pertengahan fase candu deh kayanya, karna tiap hari tuh sering banget buka berbagai macam sosmed. Tapi, saya ga pegang hape pun gapapa, ga sampe panik, bingung, cemas, atau apapun itulah. Paling, bengong doang sambil liat2 ini itu sekalian self healing wkwk
Iya bengong sambil merenung gitu ya 😀