Saya suka sekali hal-hal yang berbau pengembangan diri dan motivasi. Bahkan kebanyakan buku saya berasal dari dua genre ini.
Sejak sekolah saya memang suka dengan acara-acara TV yang menggugah. Seperti Kick Andy dan Mario Teguh Golden Ways. Wah dulu rajin banget nonton kedua acara itu.
Makanya, nggak heran kalau tulisan-tulisan saya akan sama ‘nadanya’. Apa yang kita dengar dan lihat, maka itulah yang tercermin dalam tulisan.
Tiga motivator yang mengubah cara pandang hidup saya
So, sekarang saya mau cerita bahwa ada tiga orang yang mampu mengubah cara pandang hidup saya. Ke tiga orang ini sudah saya baca tulisan-tulisannya. Dan dua di antaranya sudah saya saksikan mereka secara langsung.
Mario Teguh – Motivator pertama
Beliau ini yang pertama kali mampu menarik hati saya. Saya suka bagaimana cara Pak Mario Teguh berbicara. Terlampau sopan. Sesekali diselingi canda yang lucu. Isinyapun selalu berbobot. Dan tidak jarang, sesuai dengan kondisi yang saya alami.
Saya juga suka baca tulisan-tulisan beliau di Facebook. Dulu saya langganan Fanpagenya. Setiap hari isi timeline saya, motivasi dari Pak Mario. Bahkan dulu sering saya bagikan di timeline sendiri.
Saya senang dengan beliau yang ramah pada keluarganya. Terlihat sayang sekali pada istri dan anak-anaknya.
Terlepas dari kasus yang pernah menimpa beliau, saya tidak pernah hilang hormat padanya. Sebab saya melihat apa yang dikatakan beliau. Dan saya tahu bahwa sampai kapan pun tak ada manusia yang sempurna. Kita semua harusnya memang fokus pada urusan masing-masing. Bukan mengurus kehidupan orang lain.
Saking ngefansnya saya dengan Pak Mario, tahun 2013 saya datang ke studio Metro TV bersama teman-teman saya untuk menyaksikan secara langsung acara Mario Teguh Golden Ways sampai 2 kali. Sungguh pengalaman tak terlupakan!
Kata-kata Pak Mario yang selalu saya ingat, “Teman-temanku yang baik hatinya…” Sungguh menyejukkan untuk didengar.
Adjie Santosoputro – Mindfulness
Selanjutnya, Mas Adjie Santosoputro. Awalnya saya membaca bukunya Sadar Penuh Hadir Utuh. Konsep yang menarik bagi saya. Dan saat itu baru saya ketahui kalau kita memang seringkali tidak terlalu sadar saat melakukan sesuatu. Dan hadir pun hanya sebatas raga. Tapi pikiran entah di mana.
Nah sejak itulah saya mulai mengikuti tulisan-tulisan Mas Adjie. Sampai puncaknya, Januari 2019 saya mengikuti acara Mas Adjie di Surabaya. Dan belajar mindfulness secara langsung.
Sampai saat ini, konsep Mas Adjie sangat cocok di saya. Saya belajar untuk sadar secara penuh. menyadari apa yang sedang saya lakukan. Saya belajar hadir secara utuh saat di mana dan apa saja. Saat waktunya makan, ya saya mencoba fokus dengan makanan saya. Bagaimana rasanya, teksturnya. Saat dengan anak, ya saya fokus dengan anak.
Memang tidak mudah untuk manusia multitasking seperti saya. Tapi ketika saya coba, hal itu benar-benar bekerja dalam diri saya. Rasanya saya jauh lebih tenang.
Apalagi Mas Adjie selalu mengajarkan agar pikiran yang datang cukup disadari saja. Tidak perlu kita membeli label. Saat marah, akui saja. Sedih, akui saja. Sadari itu, tapi tidak perlu terlarut. Karena biasanya ketika kita menyadari, kita justru mampu berpikir lebih jernih.
Banyak sekalilah yang diajarkan Mas Adjie. Seperti sekarang, saya sedang belajar untuk merasa cukup. Tidak serakah. Tidak semua harus kita punya. Apalagi jika hanya untuk bersaing dengan orang lain.
Harry Santosa – Fitrah Manusia
Pak Harry ini terhitung baru. Sebetulnya saya sudah tahu beliau sejak lama. Tapi saya baru benar-benar mengikuti tulisannya 2020 kemarin.
Yang saya suka adalah beliau membahas tentang fitrah. Ini membuat saya mengubah cara pandang saya terhadap manusia. “Ternyata manusia itu fitrahnya baik kok.” Iya, setiap manusia memang terlahir suci. Dan fitrah suci itu terwujud dalam kebaikan. Jadi sejahat-jahatnya orang, saya yakin pasti dia punya sisi baik.
Pak Harry juga membahas fitrah anak. Misalnya, fitrah anak itu selalu bangun subuh sejak bayi. Maka itulah yang harus dipertahankan fitrahnya, agar ketika kelak ia semakin besar, ia tidak sulit untuk dibangunkan sholat subuh.
Jadi ketika bayi kita bangun subuh, sebisa mungkin jangan ditidurkan lagi. Tapi diajak main dulu. Baru kalau betul-betul ngantuk, bayi boleh ditidurkan.
Tak hanya anak, Pak Harry pun membahas bagaimana fitrah perempuan sebagai istri dan ibu serta fitrah laki-laki sebagai suami dan ayah.
Meskipun bahasan bahwa fitrah perempuan adalah di rumah masih menjadi perdebatan, tapi sebetulnya bila dipahami konteks yang disampaikan Pak Harry, insya Allah kita akan paham. Bukan berarti perempuan tak boleh bekerja di luar rumah, hanya saja fitrahnya sebagai ibu jangan sampai hilang. Sebab kita punya tanggung jawab untuk mendidik anak.
Pak Harry pun bukan semata bicara tanpa dasar. Tapi beliau selalu berpedoman pada Al-Qur’an. Di sini saya semakin yakin, bahwa Allah telah mengatur dengan sebaik-baiknya umat muslim dengan Al-Qur’an sebagai pedomannya.
Insya Allah metode Fitrah Based Education ini akan saya pakai dalam berumah tangga dan mendidik anak-anak.
Semoga beliau bertiga selalu diberi keberkahan. Dan ilmu yang disebarkannya, semoga menjadi amal jariyah. Aamiin